Friday, January 13

FISAFAT EKONOMI ISLAM

Konsep Islam Tentang Manusia
Al-insan merupakan kata yang berasal dari kata ins yang berakar kata dari huruf hamzah, nun dan sin. Sedangkan kata-kata yang berakar dari huruf hamzah,nun dan sin yang menunjukn pada tema manusia tersebut dalm al-Qur’an dengan frekuensi 330 kali dalam berbagai bentuknya. Bentuk-bentuk pengungkapan tersebut adalh sebagai berikut : Kata Ins disebut 18 kali, Insan 65 kali, Unas 5 kali, Anasiyy dan insiyy masing-masing satu kali dan kata nas disebut sebanyak 240 kali.
Selanjutnya kata Basyar diungkap dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan Basyarain satu kali. Kemudian kata Banu Adam dan Zurriyat Adam yang memiliki arti keturunan Adam dan  anak cucu Adam.

Kodrati Manusia
Berangkat dari ungkapan-ungkapan manusia yang digunakan al-Qur’an tersebut, maka upaya penelusuran terhadap sifat-sifat kodrati manusia dapat ditemukan dengan petunjuk kata khalaqa yang berhadapan dengan terma-terma manusia. Karena kata khalaqa mengandung makna penciptaan jasmani dan rohani. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Q.S. Al-Alaq, 95/1:2
“ Dia telah menciptakan manusia sebagai ‘alaq’
2.    Q.S. At-Thin, 96/28: 4
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan kualitas yang paling baik”.
3.    Q.S. An-Nisa’, 4/92:28
“….dan manusia dicitakan dalam keadaan lemah”
Dari ayat tersebut, dapat diketahui kodrati anusia yang melekat pada dirinya. Kodrati merupakan sifat alami yang merupakan kekuasaan Tuhan dan tidak dapat direkayasa oleh apapun dan siapapun. Deskripsi ayat-ayat diatas menunjukan bahwa kodrati manusia adalah sebagai berikut: pertama, adanya ketergantungan manusia. Kedua, adanya keutamaan manusia. 

Eksistensi Manusia
Mengkaji eksistensi manusia dalam al-Quran menurut Abdul muin Salim (1984) dapat ditelusuri dari ayat-ayat yang bertemakan hubungan manusia dengan Allah dan lingkungannya. Ayat-ayat yang relavan dengan masalah tersebut dapat ditemmukan dalam alquran antara lain:
1.    Q.S. Al-An’am, 6/55:165
“ dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa di bumi dan Dia yang minjnggikan sebagian kamu atas sebagian kamu atas (yang lain) beberapa derajat, untuk mengu7jimu tentang apa yang diberikanNya. Dia maha pengampun dan maha penyayang.”
2.    Q.S. Az-Zariyat, 51/67: 56
“ Dan tidak-lah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku.”
Dari ayat-ayat tersebut dapat dirumaskan dua pokok eksistensi manusia, yaitu; pertama, sebagai kahalifah dan kedua sebagai abdi Allah swt.

Manusia dan Kebutuhan Hidup
1.    Kebutuhan Fitrah Manusia sebagai Dasar Ekonomi Islam
Manusia itu terdiri dari unsure jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal dan hati. Unsur-unsur manusia itu memiliki kebutuhan masing-masing. Manusia memiliki tubuh yang tunduk pada hukum fisik, yang oleh karenanya merupakan subjek dari fisiknya. Guna mempertahankan hidupnya manusia perlu makan, minum, pakain dan perlindungan. Tetapi manusia bukanlah semata-mata terdiri dari tubuh saja, sehingga semua persoalan tidak dapat dengan hukum-hukum fisik semata. Manusia juga adalah makhluk biologis, karena itu juga tunduk pada hukum-hukum bilogis. Guna melestarikan spesiesnya, manusia mempunyai alat reproduksi dalam dirinya yang ditandai oleh kecenderungan berupa seks dan berkembang biak.

2.    Tujuan Hidup Manusia sebagai Tujuan Ekonomi
Manusia diciptakan Allah sebagai penguasa (khalifah) di bumi dengan tugas untuk memelihara dan memakmurkan bumi. Karena bumi dengan semua system ekologi yang telah diciptakan Allah itu sudah merupakan tempat yang baik bagi hidup mereka. Pemanfaatan sumberdaya di dalamnya harus dilakukan dengan daya cipta yang tinggi dan dengan memperhatikan prinsip keseimbangan. Manusia harus menyadari segala tindakan yang dapat menimulkan kerusakan di bumi.
Tugas ini memerlukan pengertian tepat tentang hukum-hukum Allah yang menguasai alam ciptaan-Nya dilanjutkan dengan kegiatan bertindak untuk melakukan suatu yang baru, yang baik (shaleh), untuk kebaikan (maslahat) bagi manusia dengan mengguanakan teknnologi yang sesuai dengan hukum itu. Hal ini berkaitan erat dengan ajaran tentang prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran dalam kegiatan hidup, terutama dalam kegiatan ekonomi yang menyangkut proses pembagian kekayaan dan pemerataannya diantara masyarakat.

Asumsi-Asumsi Dasar
Sifat Manusia
Islam mengenal sifat dualism dari manusia. Manusia bersifat mementingkan diri sendiri maupun kepentingan orang lain. Tidak bias tidak, bagaimanapun, manusia terdorong untuk mementingkan diri sendiri. Malahan, islam mencoba untuk mengontrol keegoisan manusia dan mencagah mereka melakukan perusakan. Islam memberikan motivasi-motivasi kepada mereka yang mementingkan orang lain dan membangkitkan mereka untuk menolong orang lain. Oleh karena itu teori, ekonomi islam memberikan gambaran mengenai sector ketiga, disamping sector pribadi dan masyarakat umum, juga sector sukarela.

Materialisme
Islam membicarakan tentang benda-benda hak milik sebagai perhiasan hidup. Tetapi menurutnya benda-benda tersebut sebagai kebutuhan sekunder untuk perkembangan moral dan spiritual manusia. Islam mendorong untuk giat berusaha dalam mengupayakan pertambangan materi duniawi, tetapi juga melarang kerja keras manusia di bumi ini dengan focus pada ketaatan kepada Allah dan untuk mencapai keridhaan-Nya di alam baka. Perubahan focus usaha manusia ini memperkenalkan pendekatan yang seimbang bagi perkembangan ekonomi.

Kepemilikan
Islam mengenal bahwa hak mutlak hanya dimiliki oleh Tuhan. Manusai berhak memanfaatkan segala hal yang yang ada di bumi. Mereka dapat menjalankan hidupnya dengan cara yang halal.  Orang islam tidak boleh sebebasnya mengkonsumsi, men7impan atau menginvestasikan harta sesuakanya. Ada aturan moral yang membatasi mereka untuk melakukan konsumsi, menyimpan dan berinfestasi. Dalam kerangka umum ini, islam dapat menghargai hak orang lain dalam melakukan jual beli, mewariskan serta meninggalkan harta yang menjadi hak ahli waris. Maka secara konsepsi islam membatasi umatnya dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Universalisme
Islam berkeyakinan bahwa umat manusia dan bangsa diciptakan oleh Tuhan semat-mata untuk kpentingan manusia itu sendiri. Untuk itulah, tidak ada alasan bagi bangsa manapun untuk tidak melakukan kierja sama dengan melihat kebijakan ekonomi yang mungkin member dampak pada bangsa dan Negara lain. Meskipun di mulut mengatakan ingin melakukAn kerjasama secara internasional, dalam praktinya manusia belum membuat perkembangan secara langsung. Saatnya manusia sekarang melebihi ide-ide ekonomi konvensional dan membangun ekonomi global atas dasar kebersamaan dan kerjasam yang saling menguntungkan.

No comments:

Post a Comment