Friday, December 9

Sejarah Koperasi di Amerika


Amerika Serikat yang kita pandang sinis sebagai ibu kota kapitalisme dunia ternyata adalah rumah bagi koperasi-koperasi terbesar dan tersukses di dunia. Uniknya, kebanyakan dari Koperasi-koperasi terbesar itu bergerak di sektor pertanian dan peternakan. Bandingkan dengan negeri kita yang masih ‘berbau’ agraris namun mencoba meloncat ke jajaran industrialis.


Pijakan tak diinjak kokoh, tujuan pun tak tercapai. Kini yang ada, kita terperosok ke dalam lubang akibat kecerobohan kita sendiri. Produktivitas ekonomi per kapita para petani dan buruh tani kita terus terjun bebas, jangan tanyakan kesejahteraannya. Bandingkan ‘KUD’ di Amerika yang mampu meraih kesuksesan yang begitu fenomenal dengan KUD kita. KUD sendiri sering diplesetkan kepanjangannya menjadi ‘Ketua Untung Duluan’ menandakan kelamnya pelaksanaan koperasi sebagai alat perjuangan ekonomi pedesaan di negeri ini.

Kekhawatiran yang sama jugalah yang mungkin mendasari kokohnya gerakan koperasi di negeri Paman Sam ini. Di salah satu situs asosiasi koperasi di sana dengan tegas dinyatakan “Yes, there is another world”, menyiratkan keletihan dengan sistem ekonomi persaingan brutal yang mendominasi dan memakan banyak korban. Dan mereka pun butuh alternatif agar tidak turut terseret menjadi korban.

Koperasi di Amerika diarahkan oleh Departemen Pertanian (USDA) di bawah biro pembangunan pedesaan. Tak heran Koperasi-koperasi terbesar di negeri itu mencakup koperasi peternak sapi (US Premium Beef), kredit pertanian, hingga petani jeruk sunkist (Sunkist Growers Coop) yang produknya bisa ikut kita nikmati di Indonesia. Selain koperasi pedesaan, ada pula Ace Hardware yang kondang di penjuru planet ini sebagai penguasa alat-alat pertukangan yang juga sebuah koperasi.

Pendapatan dari hanya sepuluh koperasi terbesar di sana saja setara dengan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia. Betapa besar perannya dalam perekonomian Amerika. Tak terbatas dalam hal omzet saja, koperasi-koperasi di Amerika juga turut mencetak prestasi di banyak bidang lain.

Business Week dalam edisi menjelang akhir tahun 2007 bahkan memberi penghargaan bagi gedung markas besar Koperasi Simpan Pinjam Angkatan Laut AS (Koperasi terbesar rangking 22 di sana) sebagai salah satu gedung paling ramah lingkungan. Biro konsultan manajemen kenamaan, Booz Allen Hamilton, memuji koperasi sebagai satu-satunya sistem yang mampu mencapai dua tujuan yang biasanya tidak mungkin dicapai bersamaan, yaitu pertumbuhan ekonomi dan kohesi sosial.

Sejarah koperasi di sana tidak bisa dikatakan singkat, bahkan diklaim bahwa sebelum Rochdale, Benjamin Franklin telah lebih dahulu mendirikan sejenis koperasi asuransi sebagai antisipasi seringnya terjadi kebakaran di New Jersey, meski pada saat itu kata co-operative sekalipun belum dikenal luas.

Dalam perjalanan sejarahnya, Amerika diwarnai gelombang booming ekonomi dengan demam emas dan demam minyak yang mengubah banyak sekali hal. Namun dengan ideologi ekonomi yang dianut, dampak positif dari booming itu hanya dirasakan sejumlah kecil kalangan, perlu tindakan nyata untuk terhindar menjadi korban dan turut menikmati kesejahteraan, pada titik inilah konsep koperasi menjadi wahana yang pas untuk mencapainya. Kini, puluhan juta warga Amerika menjadi anggota koperasi.

Gambaran negeri kapitalis sejati bagi Amerika mungkin hanyalah cerminan sebagian penduduknya saja, karena sebagian yang lain turut merasakan dampak negatif kapitalisme yang sama dengan kita, di sinilah koperasi mampu menjadi solusi untuk setidaknya mengurangi ketimpangan yang ada.

Bagaimana dengan tanah air para pionir Rochdale? Di Inggris, mayoritas koperasi adalah koperasi konsumen, dengan yang terbesar adalah The Co-operative Group, beranggotakan 4,5 juta anggota, dengan omzet 9,4 milliar euro. Koperasi ini bergerak di banyak sektor mulai dari perbankan, ritel, biro perjalanan, hingga layanan jenazah.

The Co-operative Group mengusung tema besar sustainability atau keberlangsungan. Yang dimaksud adalah keberlangsungan dalam banyak hal, di antaranya ekonomi, The Co-operative Group adalah pendukung utama konsep fairtrade, yaitu sistem distribusi yang menguntungkan semua pihak secara adil.

The Co-operative Group juga menjadi sponsor utama pembangkit energi listrik yang bersumber dari sumber daya terbarukan, tanpa gembar-gembor propaganda kosong. The Co-operative Group pun meraih predikat ‘The UK’s Most Ethical Brand’, bahkan mengungguli The Body Shop-nya Anita Roddick yang tersohor. Dengan prestasi-prestasi ini, tak perlu heran jika mereka mencanangkan visi besar “To be the best co-operative business in the world.”

Kini sejenak alihkan pandangan kita ke Jepang, satu lagi rumah bagi koperasi-koperasi terbesar dunia. Cobalah bayangkan berapa dijit nol yang dipunyai 20 triliun rupiah. Itulah SHU bagi sekitar empat juta anggota Zen Noh, koperasi terbesar di Jepang, sekaligus di dunia. Koperasi pangan dan pertanian ini memiliki omzet 63 miliar dollar amerika. Tentunya terlalu jauh jika dibandingkan dengan KUD-KUD kita. 

Pada 2005 seluruh cabang Zen Noh telah mendapat sertifikasi ISO 14001. Zen Noh juga mengembangkan teknologi pemupukan cerdas dengan bantuan teknologi informasi yang dinamai Sehi Meizin. Prestasi-prestasi tadi menandakan kultur inovasi dan kecintaan akan lingkungan yang tetap dijaga meski kedigdayaan ekonomi jelas telah diraih.
Global 300 masih memuat ratusan lagi nama yang patut kita jadikan teladan. Perhatikan bagaimana Rabobank di Belanda bertransformasi dari Koperasi Simpan Pinjam menjadi salah satu bank tersukses di sana.

Perhatikan bagaimana Mondragon Corporacion Cooperativa berubah menjadi raksasa industri yang tadinya cuma koperasi mungil yang didirikan seorang pendeta jesuit, Jose Maria Arizmendiarrieta.
Kini MCC bahkan memiliki universitas dengan 3.500 mahasiswa yang dididik menjadi co-operator tangguh masa depan. Atau tak usah jauh-jauh, perhatikan bagaimana FairPrice sebagai bagian dari National Trade Union Congress Singapura menjadi raja di negeri sendiri dengan mendominasi sektor retail.  Atau mungkin sebagian kita lebih akrab dengan Associated Press? Penguasa distribusi berita-berita internasional ini ‘hanya’ ada di urutan paling buncit dari Global 300, namun memiliki 243 kantor cabang di 97 negara. 49 penghargaan Pulitzer jadi ganjaran yang pas bagi kekuatan sinergi yang luar biasa besar ini.

2 comments: