Pembantaian orang utan di Kalimantan membuat miris tokoh Kalimantan Barat, Akil Mochtar. Menurut Juru Bicara Mahkamah Konstitusi (MK) ini, pembantaian orang utan terjadi karena pembukaan kebun kelapa sawit yang tidak terbendung.
Hampir semua perusahaan yang beroperasi di Kalimantan milik pengusaha Malaysia. Mereka membuka lahan di Kalimantan dengan cara membabat hutan yang selama ini tidak tergarap.
Dengan mempekerjakan penduduk lokal mereka menggelontorkan investasi dalam jumlah cukup banyak. "Ini karena di Serawak atau Sabah lahannya tidak mencukupi. Di Kalimantan juga masih terdapat hutan sangat luas," kata Akil, Selasa (22/11).
Karena hutan menjadi habibat orang utan, konsekuensi pembukaan lahan adalah dengan mengusir orang utan. Karena tidak gampang dan kadang mengganggu perkebunan kelapa sawit, kata Akil, tidak jarang para pekerja diberi upah sampingan untuk membantai orang utan. Jika berhasil mereka mendapat bonus tambahan dan perusahaan diuntungkan sebab tak ada lagi gangguan dari orang utan.
Bahkan, tidak sedikit dari organ orang utan yang memiliki nilai di pasaran dijual oleh mereka. "Ini yang membuat pembantaian orang utan terus berlangsung hingga sekarang," ujar Akil.
Meski banyak dikuasai perusahaan kelapa sawit Malaysia, namun untuk hak pengelolaan hutan masih dikuasai PTPN XIII. Di tangan mereka inilah hutan alami tersisa digantungkan sebab di dalamnya banyak tinggal orang utan yang belum terlibat konflik dengan manusia.
No comments:
Post a Comment